Cerita Dewasa - Ngentot Memek Perawan Lidya Yang Hot dan Seksi | Hari ini hampir seharian Lidya menghabiskan waktu di kebun. Dimulai dari menikmati indahnya pagi dengan sarapan gurameh bakar kiriman Mbak Mirah, lalu mengagumi angin yang bersemilir sambil makan rujak buah – buahan buatan sendiri di siang hari dan akhirnya mengobrol dan bercanda dengan Mbak Mirah dan saudara – saudaranya di sore hari. Anak Mbak Mirah yang masih balita lucu sekali. Bersama dengan orang – orang ini, Lidya ingin melupakan kejadian sial yang terjadi kepadanya. Suasana Desa Kapukrandu yang tenang, asri dan bersahabat membuat Lidya sedikit demi sedikit merasa tenang dan nyaman, begitu nyamannya sehingga seandainya diminta, Lidya akan betah tinggal di sana. Bahkan jika dia harus tinggal di rumah pinjaman bersama dengan mertuanya yang bejat dan hanya memikirkan seks.
Itu pagi sampai sorenya. Tapi malamnya?
Malam ini sepertinya Lidya harus menepati janji pada Pak Hasan, janji apa? Janji melayani sang mertua di tempat tidur. Lihat saja pandangan buas Pak Hasan di meja makan hari ini, seperti hendak menelannya hidup – hidup. Setelah kemarin malam diancam akan dibuka rahasianya pada Andi, bisakah wanita cantik itu menolak?
“Malam ini, kamu tidur di kamarku.” Kata orang tua cabul itu dengan dingin sambil mengunyah nasi.
“Tidak.” Tolak Lidya.
“Kenapa?” tanyanya galak.
“Rumah Mbah Mirah tidak jauh dari rumah ini, kamar mereka juga dekat dengan kamar Bapak. Kalau sampai keluarga mereka mendengar jeritan…” wajah Lidya memerah ketika ia menyadari apa yang ia katakan. Ia segera meralat kata – katanya. “….kalau sampai keluarga Mbak Mirah mendengar suara mencurigakan, kita bisa digrebek. Aku tidak mau Mas Andi malu. Lagipula tadi malam Bapak sudah… sudah dapat.”
“Malu? Kenapa harus malu? Setelah apa yang kita lakukan di bus, di pasar atau di mal? Atau saat main kartu kemarin? Apanya yang bikin malu?” Pak Hasan tertawa renyah. “Tidak akan terjadi apa – apa. Malam ini kamu tidur di kamarku.”
Lidya meneguk ludah. Tiba – tiba saja nasi sayur yang ia makan terasa hambar. Ia tahu tidak ada gunanya menolak. Dengan gerakan kepala pelan, si jelita itu mengangguk.
Pak Hasan tersenyum puas, “habiskan makananmu, Nduk. Aku tidak mau Andi melihat istrinya kurus sepulang dari desa. Untuk nanti malam, pakai kaos tipis dan rok mini yang sekarang kamu pakai itu dan jangan memakai beha saat kamu masuk kamarku nanti.”
Lidya mengeluarkan nafas panjang, sudahlah, ia sudah letih melawan… ia menyerah. Si jelita itu kembali mengangguk. Cerita Dewasa - Ngentot Memek Perawan Lidya Yang Hot dan Seksi
Malam datang sangat cepat hari itu, detik demi detik yang biasa datang lambat justru berpacu dengan hening malam. Lidya sempat beristirahat sebentar usai mencuci piring, ia tahu ia harus masuk ke kamar sang mertua dan melayaninya bermain cinta. Bukan hal yang paling menyenangkan hari ini, tapi ia tahu dirinya tidak bisa mengelak. Cepat atau lambat, Pak Hasan pasti akan menikmati ranum tubuhnya.
Dengan langkah malas Lidya bangun dari pembaringan tempatnya bermalas – malasan sepanjang hari dan berjalan menuju kamar Pak Hasan. Walaupun kamar mereka hanya dibatasi oleh ruang keluarga, namun Lidya merasa dirinya bagaikan seorang narapidana yang berjalan melalui lorong penjara menuju hukuman mati. Ketika mendengar langkah kaki Lidya, Pak Hasan bergegas untuk membukakan pintu. Pria tua itu hanya mengenakan kaos oblong putih tipis dan sarung yang melilit. Dengan gerak langkah ringan, Lidya duduk di pembaringan. Tanpa bicara, tanpa kata. Lidya hanya diam dan menunggu. Cerita Dewasa - Ngentot Memek Perawan Lidya Yang Hot dan Seksi
Pak Hasan duduk di samping menantunya, lalu dengan lembut ia mencium bibir mungil Lidya. Sapuan lembut bibir sang mertua membuat gairah Lidya perlahan – lahan naik. Ini dia, seorang pria yang bukan suaminya mencium bibirnya dengan bebas. Tapi anehnya, hampir – hampir Lidya berharap Andi bisa menciumnya seperti yang dilakukan oleh Pak Hasan, begitu dominan, kuat dan jantan. Si cantik itu tentu saja tidak mau menikmati permainan kasar Pak Hasan dengan membayangkan suaminya. Ia tidak ingin menikmati ini, tapi… ketika bibir dengan bau tak sedap itu menyapu bibirnya dan menjelajah semua sisi rongga mulut dan bibir penuhnya, pagutan bibir mertuanya membuat Lidya menyeberang kenikmatan yang sebelumnya tak pernah ia rasakan.
Tubuh gemuk Pak Hasan bertengger di atas tubuh Lidya yang ramping. Celananya sudah turun hingga lutut dan lidahnya yang cabul menjelajah mulut menantunya yang cantik sementara tangan nakalnya menjelajah seluruh lekuk tubuh Lidya. Tangan itu meremas – remas buah dada sang menantu yang kenyal dan sempurna yang masih ada di balik pakaian tipis. Bibirnya yang tebal terus saja menjajah bibir mungil Lidya, lidahnya menggeliat, memaksa sang menantu membuka mulut sedikit dan meneteskan air liur diantara bibir merah yang ranum.
“Haunnng…” Lidya mengerang sambil memejamkan mata keenakan ketika Pak Hasan menarik lidahnya yang nakal dan mulai menjilati sisi wajah dan dagu sang menantu sambil tak lupa sesekali mengecup bibir mungilnya yang menggemaskan. Cerita Dewasa - Ngentot Memek Perawan Lidya Yang Hot dan Seksi
Lidya memandang ke arah sang pencium dengan mata berkaca – kaca dan bibir yang menebal bahkan hampir luka karena ciuman kasar pria tua bejat yang kini sedang menciuminya penuh nafsu. Lidya berupaya mengangkat kepalanya, tapi bibir sang mertua yang bau itu mengejar bibirnya lagi, sekali lagi kepala Lidya terjerembab ke bawah.
“Ummmpphhhhh… glkkk… Ppaaakkk…” kepala Lidya bergerak tanpa henti karena kasarnya ciuman Pak Hasan. Bagaimana mungkin dia bisa menikmati ciuman buas seperti ini? Walaupun dalam hati menolak, tak urung Lidya merem melek juga dengan rangsangan hebat yang kini menderanya. Pak Hasan terus saja menumbuk bibir manis Lidya dengan bibirnya yang kasar dan mulutnya yang bau, belum lagi dengan air liur yang terus menetes dari mulut sang mertua membuat bibir Lidya benar – benar serasa dijajah. Lidya mengutuk dirinya sendiri yang tak bisa mengatur kuasa tubuhnya. Bukannya merasa jijik, Lidya malah semakin menikmati ciuman menuju puncak orgasme. Orgasme, hanya dengan berciuman dengan Pak Hasan. Lidya malu sekali.
Penis Pak Hasan keras seperti kayu, menyembul dari sarungnya. Lidya bisa merasakan hawa nafsu yang menghangat keluar tiap kali tubuhnya bergesekan dengan kemaluan sang mertua. Bahkan ketika penis yang masih ada di balik sarung itu disandarkan dengan santai di perutnya yang rata. Lidya masih merem melek menerima serangan ciuman bertubi. Si cantik itu hampir tidak bisa bergerak dan berkonsentrasi untuk melakukan apapun karena intensitas serangan terus – menerus meningkat.
Tangan kasar sang mertua bergerak lincah dengan cepat, menyadari menantunya yang jelita kini ada dalam kuasanya, tangannya segera melucuti celana dalam pink mungil milik Lidya. Si cantik bahkan tak sadar bahwa bagian bawah tubuhnya kini telah telanjang.
“Sudah waktunya.” Kata Pak Hasan setelah melepas pagutannya yang liar pada mulut Lidya. Ia berdiri dan melepas sarungnya yang kumal. Cerita Dewasa - Ngentot Memek Perawan Lidya Yang Hot dan Seksi
Lidya tak menjawab, tapi matanya gelisah penuh penantian. Antara ingin dan jijik. Bola matanya yang indah memandang tubuh mertua yang tidak ada bagusnya, perut gembul berbulu dengan kemaluan yang keras menggantung di bawah, air cinta pelumas membasahi ujung gundul penis dan perlahan menetes membasahi roknya yang berantakan. Setelah mencopot pakaiannya sendiri, Pak Hasan menarik lepas celana dalam sang menantu yang tadi masih tergantung di kaki.
Ketika sedang melamun, Lidya dikagetkan oleh Pak Hasan yang tiba – tiba memegang paha mulusnya.
“Siap?” tanya Pak Hasan sambil menyeringai. “Hari ini sepertinya kamu juga menikmati.”
Lidya memandang geram ke arah mertuanya yang cabul. Tapi apa mau dikata, nafsunya sudah terlanjur naik, lagipula tidak ada gunanya lagi melawan seorang pria bertubuh gemuk yang kini berada di atas tubuhnya yang telanjang. Lidya mengangguk pasrah tanpa suara. Dengan kasar Pak Hasan merenggangkan kaki Lidya, lalu menarik pinggulnya dan mendekatkan tubuh si cantik itu kepadanya. Tak perlu waktu lama bagi Pak Hasan untuk melesakkan penisnya masuk ke dalam vagina si jelita yang telah basah. Cerita Dewasa - Ngentot Memek Perawan Lidya Yang Hot dan Seksi
“Ini dia, Nduk. Ini dia…. ini dia….!!! Hggghhhhhhh!!!” Pak Hasan memejamkan mata penuh kenikmatan saat penisnya berusaha menembus masuk ke vagina sempit bidadari yang jelita itu.
“Aaaaaauuuuhhhhhhh……. essssstttttt!!!!!” Lidya mendesis penuh nikmat ketika pria tua yang kini berada di atas tubuhnya melesakkan kemaluan ke dalam liang cintanya.
“Sudah berkali – kali aku menyetubuhimu, Nduk… tapi tetep sempit rasanyaaaa…”
Rasa sakit bercampur nikmat membuat Lidya tak bisa menahan diri, kepalanya berpaling kesana kemari dan mulutnya menghembuskan nafas berulang untuk mencoba menenangkan batin.
Sambil duduk bersimpuh dan memegang pinggang ramping Lidya, Pak Hasan memutar – mutar kemaluannya dan mengaduk isi liang cinta sang menantu. Bagian atas tubuh Lidya masih beralaskan kasur, namun pantatnya kini terangkat ke atas. Pak Hasan mulai menumbuk dengan kecepatan teratur, melesakkan barangnya yang hitam ke dalam liang cinta yang seharusnya hanya boleh dimasuki penis anak kandungnya. Lidya tak tahan lagi, rasa nikmat bercampur sakit membuatnya tak kuat, ia menggunakan punggung tangan untuk menghapus air mata yang kadang leleh keluar tanpa ia inginkan.
Dengan satu gerakan cepat Pak Hasan menggerakkan seluruh tubuhnya ke depan, hampir – hampir meremukkan tubuh mungil menantunya yang jelita dan melesakkan dalam – dalam kemaluannya hingga berbenturan dengan dinding dalam vagina Lidya. Pak tua bejat itu memejamkan mata keenakan, “hggghhh!!!”
“Eesssst!!!” Lidya meringis kesakitan ketika mertuanya menjejalkan penisnya.
Namun Pak Hasan tidak berhenti begitu saja. Sekali lagi dengan satu gerakan cepat, Pak Hasan menggulingkan tubuhnya dan merubah posisi mereka, kini justru Lidya yang berada di atas, duduk dan menunggangi kontol mertuanya. Cerita Dewasa - Ngentot Memek Perawan Lidya Yang Hot dan Seksi
“A… apa yang… oooooohhhhh!!! Esssttt!!” Lidya tak sempat mengeluarkan protes atau kata apapun karena kemaluan sang mertua mulai bergerak naik turun menikam liang cintanya yang sudah basah.
Melihat Lidya bergerak naik turun dengan erotis sambil mengendarai penisnya menuju puncak kenikmatan, tak urung Pak Hasan naik kembali nafsunya. Ia meremas – remas buah dada sentosa milik Lidya.
“Aaaaaahhhhh!!” desah Lidya, tangannya yang lentik bertumpu pada perut gembul sang mertua. Harga dirinya lenyap ditelan nafsu maut, Pak Hasan tidak hanya telah menyetubuhinya, tapi entah bagaimana kini Lidya justru berada di atas dan mengatur gerakannya sendiri. Mertuanya yang cabul telah membalik posisi mereka tanpa ia sadari.
Lidya masih belum melepas rok mininya yang kini menutup bagian selangkangan mereka berdua. Ia benci sekali posisi ini karena berkesan dialah yang sedang menyetubuhi Pak Hasan dan bukan sebaliknya. Entah kenapa Lidya terus menggerakkan pinggulnya, makin lama makin cepat. Si cantik itu ingin cepat memperoleh kepuasannya, dia ingin cepat, lebih cepat, semakin cepat, lebih cepat lagi… naik turun, naik turun, terus, terus… terus! Terus!!!
Saat itulah tiba – tiba telepon genggam Lidya berdering, mengeluarkan ringtone lagu cinta salah satu band lokal. Lidya kaget mendengarnya dan kehilangan fokus dengan cepat, ia mencoba menarik diri dari atas tubuh Pak Hasan dan melepas penisnya dari dalam vagina.
Namun satu tangan gemuk menahan pinggangnya.
“Jangan berhenti.” Kata Pak Hasan tegas. Lidya yang kebingungan melanjutkan gerakannya sesuai perintah, naik turun untuk memberikan kenikmatan pada penis keras sang mertua. Namun matanya tak lepas dari telepon genggam yang ternyata tak sengaja ia bawa ke kamar ini. Konsentrasi si molek itu sudah buyar.
Karena posisinya yang berada di bawah dan tangannya bebas, Pak Hasan meraih telepon genggam yang ada di atas meja di samping kasur, entah kapan Lidya meletakkannya di sana. Ia harus memicingkan mata untuk bisa melihat nama orang yang menelpon wanita jelita yang kini tengah mengendarai penisnya dengan penuh nafsu. “Ini Andi.”
Wajah Lidya pucat pasi, ia menggelengkan kepala. Tidak! Ia tidak mau! Ia tidak mau menerima telepon suaminya sementara penis sang mertua tengah menancap di dalam vaginanya. Si cantik itu terus menerus menggelengkan kepala, ia hampir menangis ketika Pak Hasan tidak mempedulikan gelengan kepala menantunya yang pucat pasi dan memencet tombol penerima telepon.
Lidya langsung merebut telepon genggamnya dari tangan sang mertua. Keringat dingin mengalir deras membasahi dahinya. Pak Hasan hanya tertawa kecil tanpa suara.
“Ha… halo?” tergagap Lidya berusaha menyesuaikan suaranya senormal mungkin.
“Halo sayang.” Suara mesra Andi menyambut istrinya.
“Ha – halo, mas…” Lidya berusaha mengeluarkan suara lembut tanpa ekspresi, sangat sulit mengingat penis Pak Hasan terus berdenyut di dalam liang cintanya.
“Gimana kabarmu? Aku susah sekali mencari waktu untuk menelpon. Baru bisa menelpon sekarang, pekerjaan banyak banget.”
“A… aku baik, Mas. Iya… di sini sinyal juga sering susah… jadi tidak bisa sering telepon dan… tidak pasti ada sinyal…. henghhh…”
“Sayang? Kamu kenapa?” sentakan nafas Lidya mengagetkan Andi. “Kamu tidak apa – apa kan?”
“Ti… tidak apa – apa… a… aku tersandung saja. Iya, tersandung.” Walaupun Andi tidak akan melihatnya, Lidya menganggukkan kepala, mencoba membenarkan kebohongannya. Pak Hasan tergelak melihat kepanikan menantunya, Lidya melotot galak melihat mertuanya itu.
“Suaranya kok tidak seperti tersandung? Seperti menahan sesuatu… memangnya kamu jalan kemana?”
“Beneran, Mas. Aku tersandung. Aku sedang… aku sedang mau ke dapur.” Lidya melirik ke arah mertuanya yang hampir – hampir tidak bisa menahan ketawa, ingin rasanya ia membungkam mulut mertuanya itu saat ini dan menghapus senyuman menghina dari wajahnya. “Ta… tadi tersandung… ta… tapi tidak apa – apa.”
Melihat Lidya memfokuskan perhatian kepada telepon genggam, Pak Hasan mulai nakal, ia menggerakkan pinggulnya dan menggoyang penisnya untuk menyengsarakan sang menantu. Lidya melotot kepada mertuanya, namun rasa enak yang ia rasakan di selangkangan tak bisa ia pungkiri. Tubuh Lidya bergetar hebat, rangsangan luar biasa yang ia rasakan dari sodokan penis Pak Hasan ditambah suara Andi yang sedang ia dengar di telepon membuat si cantik itu gelagapan tak tahu harus berbuat apa. Rangsangan hebat itu pula yang kini justru membuatnya menaiki puncak kenikmatan. Cairan cinta meleleh deras di dalam liang kewanitaannya, membuat sodokan Pak Hasan kian mudah.
“Hgnghh! Hgnghh…!!! Hgnghhhh…!!!” Pak Hasan menekan penisnya dalam – dalam dan pada tiap tusukannya ia berusaha melesakkan semakin dalam.
“Suara apa itu, sayang?” tanya Andi, ia mendengar dengusan teratur di belakang suara Lidya yang bergetar.
“Su… suara apa maksud kamu, mas?” Lidya bertanya balik, ia benci sekali melihat senyuman geli di bibir sang mertua. Ingin rasanya ia menampar wajah penuh kemenangan itu. Lidya memejamkan mata, ingin menangis rasanya.
“Seperti ada yang terengah – engah?” kata Andi bingung.
“Ti… tidak ada siapa – siapa di sini…” Lidya membuka mata dan menggemeretakkan gigi, menahan diri agar tidak mengeluarkan lenguhan yang mencurigakan atau menjerit tiba – tiba. Susah sekali rasanya menahan teriakan karena vaginanya terus menerus digempur. “Mu – mungkin ada gangguan di operator…”
“Iya, mungkin saja. Kamu tidak apa – apa kan?”
“Ti… henghhh… tidak apa – apa…” Lidya memejamkan mata. Tangannya berusaha menjauhkan tubuh Pak Hasan untuk sementara waktu, susah sekali rasanya menerima telpon dari suaminya kalau memeknya terus saja dihajar oleh sodokan penis mertuanya sendiri seperti ini. “ti… tidak apa – apa, hgnnngghhh!!!!!”
“Kok menggeram gitu? Memangnya kamu sedang apa sekarang?” suara Andi mulai terdengar gelisah.
“Ti – tidak sedang apa – apa kok… beneran.. henghhh… a – akuu sedang memasak… ini sedang menumbuk… enghh… bum… bumbu……”
“Memasak? Jam segini?”
“I… iya… Bapak belum makan…”
“Oooh gitu… kenapa kok sampai jam segini belum makan?”
“Ta – tadi Bapak keluar, barusan pulang dan katanya… katanya… minta dibuatin makanan….” dia bukan pembohong yang baik, batin Lidya.
“Oh gitu.” Suara Andi terdengar gamang, “baiklah, sehari lagi kamu pulang kan? Hati – hati di jalan ya, SMS aku kalau kamu sudah mau pulang besok.”
“Iya mas…..”
“Bye sayang. Love you.”
“Bye.” Cerita Dewasa - Ngentot Memek Perawan Lidya Yang Hot dan Seksi
Terdengar suara telpon ditutup. Tak terasa beberapa titik air mata menetes dari bola mata yang indah yang kini berkaca – kaca. Lidya baru saja berbohong kepada suaminya. Ia berbohong kepada orang yang paling ia cintai. Ia tidak mungkin mengatakan bahwa saat ini tubuhnya yang indah sedang telanjang dan disetubuhi oleh Pak Hasan, ayah Andi sendiri!!!
Pak Hasan menyeringai puas.
“Kurang – ajar….!!!” Lidya mengumpat. Saat itu dia benci sekali laki – laki tua bejat yang kini tengah tertawa dengan penis tertancap dalam – dalam di lubang memeknya. Tapi umpatannya hilang ditelan gerakan maju mundurnya sendiri. Kemarahan yang dirasakan Lidya justru membuat nafsunya kian tak terkendali, ia bagaikan binatang yang tak bermoral dan menghamba pada nafsu. Tanpa dirasa, walaupun membenci mertuanya hingga ke ujung ubun – ubun, dia jugalah yang memberikan Lidya kenikmatan permainan cinta yang sesungguhnya.
Mereka tidak sedang bermain cinta, atau bahkan bergerak menekan satu sama lain. Pak Hasan hanya diam saja terbaring di atas kasur, penisnya yang menjijikkan bagi Lidya beraksi penuh kuasa di dalam liang cintanya. Selangkangan mereka masih bertaut ketika telepon genggam Lidya dilempar ke samping tempat tidur oleh si molek.
“Cium aku dulu, sayang…” Pak Hasan mengeluarkan seringai menjijikkan sambil meletakkan kedua tangannya di belakang kepala.
“Menjijik… keuuuuhhhhhhhhh!!! Aughhhh!!!” Lidya memejamkan mata ketika penis Pak Hasan membesar di dalam liangnya yang sempit.
Lidya mencondongkan tubuh ke depan, buah dadanya yang kenyal ia tekan ke dada sang mertua yang gemuk. Si cantik itu tidak percaya ia melakukan ini dengan kemauan sendiri tanpa diminta oleh Pak Hasan, sungguh gila. Tidak hanya ia membiarkan Pak Hasan menyetubuhinya tanpa perlawanan, kini ia malah bersedia memuaskan nafsu sang mertua yang bejat. Mertuanya yang arogan hanya terbaring di sana sementara Lidya mencium bibirnya dan menaikturunkan pinggulnya, sebisa mungkin ia melesakkan penis sang mertua dalam – dalam tiap kali diturunkan. Lidya membuka mulutnya, menanti lidah sang mertua menjelajah ke dalam mulutnya.
Pak Hasan menyapu bibirnya yang basah oleh liur Lidya yang bercampur dengan cairan lain dari mulut sang menantu. Lidya berusaha mengangkat bagian atas tubuhnya agar bisa bernafas sementara selangkangannya terus menerima sodokan dari bawah, ditusuk hingga ke dinding terujung. Penis gemuk yang menjelajah di liang terdalam kewanitaan Lidya berdenyut pelan seperti menikmati ditekan oleh dinding yang sempit.
Masih dengan mulut yang saling berpagut, Pak Hasan membalik tubuh Lidya dan membaringkan menantunya di atas kasur, memutar posisi mereka. Perut gemuknya ditekan hingga pipih di atas perut Lidya yang ramping. Pakaian si cantik itu sudah acak – acakan ketika Pak Hasan mulai memajumundurkan pinggang untuk menyetubuhi sang menantu. Menumbuk tubuh mungilnya di atas ranjang acak – acakan dan basah oleh keringat keduanya.
Kaki jenjang Lidya direntangkan lebar – lebar dan lututnya ditekuk. Wajahnya yang cantik acak – acakan oleh ulah Pak Hasan yang tak henti – hentinya mencium. Lidya berulang memejamkan mata merasakan batang kemaluan sang mertua keluar masuk di liangnya. Tubuh berat Pak Hasan membebani tubuh Lidya yang kecil dan ramping.
Pak Hasan melenguh keras, ia meremas payudara Lidya beberapa kali sebelum mengangkat bulat pantat si cantik itu dan menusukkan penisnya dalam – dalam. Makin lama makin cepat.
“A… aku tak kuat lagi…. haaaaarrrgghhhh!!!” teriak Pak Hasan yang akhirnya tak mampu bertahan dan menghamba menginginkan kepuasan.
Pria tua itu mengangkat kepalanya tinggi – tinggi ketika ujung gundul penisnya meledak di dalam kemaluan sempit sang menantu. Buah pelirnya bekerja dengan baik memberikan supply sperma yang berlebih dan membantunya memancarkan cairan kenikmatan di dalam liang kemaluan Lidya hingga penuh tanpa menghentikan gerakan maju mundur pinggulnya.
Lidya berteriak kencang sambil mencakar bahu sang mertua, si cantik itu rupanya juga mengalami orgasme yang telah ditunggu – tunggu. Ia mengejang sesaat dan kemudian terbanting lemas.
Saat kemudian ia sadar, Lidya hampir – hampir tak bisa bernafas karena tubuh gemuk Pak Hasan ambruk menimpanya. Lidya tak mampu menggerakkan tubuh karena terkunci pelukan sang mertua. Kakinya yang jenjang masih terbentang lebar, untuk memudahkan Pak Hasan melakukan penetrasi. Cairan cinta mereka yang beradu di dalam liang kemaluannya terasa berat dan kental, membuat ia merasa becek. Lama kelamaan Lidya megap – megap karena tak kuat lagi menahan beban.
“Kamu memang benar – benar kuda binal yang enak ditiduri, Nduk.” Kata Pak Hasan sambil berguling turun dari tubuh si cantik yang masih tersengal – sengal, perlahan – lahan orang tua bejat itu menarik keluar penisnya dari dalam kemaluan sang menantu. Lidya sempat tersentak kecil ketika penis itu keluar dengan menimbulkan bunyi plop yang nyaring. Cerita Dewasa - Ngentot Memek Perawan Lidya Yang Hot dan Seksi
Karena tidak mampu berpikir dengan jernih Lidya hanya bisa mendesah tanpa arti. Ia juga tak bisa melakukan apa – apa ketika lengan gemuk Pak Hasan memeluk tubuhnya erat. Si cantik itu terlalu lelah untuk mengeluarkan kata. Dia hanya ingin tidur dengan nyenyak malam ini.
Cerita Dewasa - Ngentot Memek Perawan Lidya Yang Hot dan Seksi Part 3
Cerita Dewasa - Ngentot Memek Perawan Lidya Yang Hot dan Seksi Part 3
0 comments:
Post a Comment